Jumat, 01 04 2005, 15.19
Gugum: “ Get ready to go...!! Ciweh, Situ Lembang – Sukawana.isuk kumpul di imah urg jam 09.00. mau bergabung ? don’t miss it.., kabari yg lain... :’( “
Itulah pesan singkat yg aru terima dari Gugum salah satu partner di GPA n salah seorang yg ngaracunan urg momotoran – mmhhh dengan sekejap terbayang Dirt Biker...hehehe (bahasa naon deui yeuh) sekumpulan pemuda dengan motor trail, sepatu, celana n baju belepotan tanah n lumpur – GULAdik nu pasti mah, yup Adventure BO!!.
Ketika terima sms tersebut aru lagi di kost-an Andra, maklum Pengacara – pengangguran banyak acara, dah bosen diem terus dirumah, sekali kali duonk ngerepotin temen, yg pasti sihh nanya2 tentang sekolah di jerman, abis kemaren malem Frau Sabine membuatku ngiler pengen ke Jerman seeh. Lumayan ngobrol ama Andra sedikit terbuka ttg Kuliah di jerman. Persyaratannya lumayan berat, puasa 40 hari 40 malem, ayam item 1 ekor, telor putih 1 butir, kembang 7 rupa (lho kok ginian ??? hehehhee) ga denk becanda, persyaratan yg diucapkan tadi mungkin masih mending dibandingkan dengan apa yg diutarakan andra, mmhh emang sih harus bertahap n aru telat pengennya.
Bayangin aja klo mo kuliah disana tuh minimal punya sertifikat ZD, telah melalui pengajaran bhs jerman selama 400 jam di institusi yg diakui (Goethe contohnya), tabungan 65 juta yg udah diendapkan selama 6 bulan di Kedutaan Jerman untuk syarat dapet Visa, nah ini dia sulitnya disini. Sekarang berhitung, klo ngumpulin dari duit makan dengan puasa 40 hari 40 malem, paling hanya dapet 600 rebuan, klo uang makan kita 5rebu, kaliin aja 40 hari, 3 kali makan/hari, masih jauh duonks. Kuliah di jerman emang ga usah iuran SPP, kecuali yg kelas international yg bahasa pengantarnya sebagian bhs inggris, yg ini mah harus bayar tapi ga semahal klo kuliah di negara negara Anglo Saxon, Inggris – Australia – US. Ohhh iya selain dapet info aru juga sempet nonton film ttg kekejaman nazi dulu “The Pianist”, Wie schon einmal Klavier spielen ??? jadi sedikit2 belajar bhs jerman deh. Andra juga ngasih CD Deutsch Lessen ampe 4 CD, danke! Herr Andra, sampe ketemu dehhhh di Gottingen, doain aja.
Balik lagi ke sms yg tadi, jadi setelah aru lepas dari kungkungan skripsi dan bebas dari institusi yg namanya unpad, dimulailah petualangan dirt bike, sebelumnya baru 3 kali aru pergi ke Sukawana, tuk menjajal track – track trail yang ada dan berulangkali juga jatuh dari motor, baju kotor kecipratan ama lumpur n motor rusak (inget kepala ass perseneling yg kaya kaki bayi). Sebagai pemula memang harus merasakan jatuh dulu untuk memperoleh skill yg memadai untuk track yg advance, emang Sukawana memiliki banyak track dengan karakteristik yg variatif – berbukit, jalan setapak, berlumpur dan jalan berbatu, aru rasa cukup untuk tempat berlatih bagi pemula.
Sukawana sendiri adalah daerah hutan di sebelah selatan lereng Gn. Tangkuban Perahu, biasanya kita naik dari Parongpong (pabrik teh) atau dari Lembang Asri. Setelah melalui Sukawana biasanya kita langsung menuju track2 trail yang POOLLL, sesekali klo lewat jalur yg sulit motor ngadat karena ban spin n minta didorong atau diangkat, klo dah gini temen2 terpaksa bahu membahu saling bergantian mengangkat motor temen2nya. Setelah melalui hutan pinus Sukawana, kita melewati jalan aspal yang bisa dibilang sudah hilang aspalnya, jalan ini merupakan jalan dimulai dari Sukawana juga (pabrik teh) menuju Tower – menara komunikasi yang ada di puncak Tangkuban perahu. Selain itu melalui jalan ini kita dapat menuju Kawah Tangkuban Perahu disebelah utara tempat parkir objek wisata Kawah TP, tempat ini merupakan tempat yg asyik buat makan siang dan beristirahat.
Kali ini yang dimaksud Gugum adalah jalur Sukawana – Ciweh dengan arah perjalanan dibalik, ketertarikan pada Jalur ini karena lumayan panjang jalur yg berkelak – kelok dengan suasana yg Hutan banget dan melalui beberapa sungai (sekitar 4 sungai), selain itu walaupun jalan tanah, mayoritas masih bagus hanya di beberapa kelokan dan tanjakan jalur ini sudah rusak. Jalur ini pada jaman belanda merupakan jalan perkebunan, tetapi karena pemanfaatan udah ga ada, maka jalan ini ga terurus. Jalur ini bukan merupakan hal yg baru, sudah beberapa kali Pendidikan Dasar GPA, jalur ini dipake untuk jalur Longmarch, dan Ciweh sendiri merupakan basecamp pertama untuk menuju tempat pendidikan sebenarnya, dinamakan demikian sesuai dengan nama sungai yg mengalir membelah daerah tersebut (sungai - Ciweh, Ci = di daerah priangan menandakan nama sungai, seperti Way = di Lampung, Jene = di Sulawesi Selatan).
Sabtu, 02 04 2005
Pukul 10.30 dah ngumpul semua di bengkelnya si Wawan, deket rumah Gugum. Satu motor Honda CB 125 yg dimodif jadi Trial, 5 Suzuki TS 125 dengan modifikasi yg berbeda beda dan 6 pemuda ( Gugum, Teguh, GustaV, Wawan, Ogun (bener teu?) n sang bogalakon tentunya) siap menempuh petualang yang bener – bener ga terkira. Beberapa tas kecil dibawa yg berisi perbekalan untuk mengisi perut, memuaskan tenggorokan dan mengusir dahaga, snack2, waffer, roti, roko kretek filter (campuran tembakau asli dan cengkeh yg membedakannya dengan roko putih) dan air minum, selain itu toolkit dan raincoat ga lupa dibawa.
Sebelum berangkat aru sempet ngisi olie samping n ngeCek setelan karburator, abis klo gas diFull ngebrebet – mungkin campuran bensin dan udaranya ga pas. Baru kepikir klo perjalanan ini merupakan perjalanan pertama setelah sproket depan dan belakang diganti ( 13 – 54 sebelumnya kan 14 – 45 ) jadi ini merupakan uji coba pertama di lapangan apa performance motor nanti bagus atau tidak di jalur sulit yg menanjak, yang pasti klo di jalan datar aspal kecepatan maks berkurang menjadi hanya 80 – 90 km/jam sebelumnya 100 km/jam pun tembus, langkah jadi pendek dan bawaannya jadi pelan melulu, gimana lagi ngaGerung wae sih.
Perjalanan menuju Ciweh tidak ada halangan yang berarti, setelah masuk plang KOMANDO, Cihideung – jalanan mulai rusak, jalan berbatu mendominasi selama perjalanan menuju BandreX. Di depan pintu masuk yang disekitarnya pohon2 pinus ada sedikit perubahan, beberapa tahun yang lalu hanya ada satu warung/ bisa disebut saung yg sebenernya jarang ditempati, sekarang nampaknya sudah berpenghuni dan bangunannya pun bertambah walaupun tidak permanen. Abis jalan aspal setelah pintu masuk, untuk menghindari jalan yang berlumpur, kami memasuki hutan pinus sebelah kanan yg masih muda, berumur sekitar 6-7 tahunan (tahun 98 baru ditanami). Lantai hutan yg tertutup daun2 jarum pinus (disebut daun ga pantes, tapi ngarti meureun) dan tanah yg sedikit basah membuat ban_ban double coin sedikit spin tetapi tidak menjadi penghalang yg berarti. Keluar dari hutan pinus hingga Ciweh, jalanan kembali berubah menjadi jalan berbatu dan kubangan2 lumpur.
Pukul 11.30, Sebelum sampai tempat istirahat, kita melewati jembatan kayu di atas Ciweh , jembatan ini terlihat sudah rapuh dan berumur. Ciweh yang Desember 2004 kemaren dijadikan camp hari pertama Pendidikan Dasar tidak banyak berubah, hanya saja rumput - rumput hijau masih terlihat segar, tampaknya sangat jarang orang yang melewati daerah ini. Di tempat yg sedikit terbuka ini kami beristirahat sejenak sebelum menghadapi medan yang sulit dan membelah sungai di depan, mmmh nampaknya akan menjadi perjalanan yg cukup panjang hari ini.
Perjalanan segera dilanjutkan, beberapa puluh meter setelah Camp Ciweh kami berhadapan dengan sungai lagi, kali ini cukup lebar tetapi ketinggian air hanya beberapa puluh centimeter (sekitar 20 – 30 cm), tidak ada jembatan yg dapat menyebrangkan motor, satu – satunya jalan dengan turun ke sungai. Sungai bukan menjadi halangan, motor – motor dapat dgn mudah melintasinya, akan tetapi yang menjadi halangan adalah keluar dari sungainya, untuk kembali ke jalur harus naik sekitar 5 m, keadaan jalur sudah rusak membentuk cerukan, habis akibat ban-ban pacul yang memaksa naik. Dimulai dari Gugum dengan motor CB-nya, seperti yg sudah diperkirakan motor ga lebih dari 4 m dari sungai sudah ngadat. Jalan keluarnya dengan menarik motor dengan webing sembari memutar gas sekuat2nya. Cukup lama juga kami berkutat di hambatan pertama ini, sekitar 30 menit mungkin ada untuk menarik dan mendorong 5 motor yang tidak berdaya.
Motor yg dikendarai Teguhlah satu – satunya motor yg bisa naik tanpa bantuan yg berarti. Spesifikasi motor tidak jauh berbeda denga Motor TS yg lain, hanya saja pengaruh banlah mungkin menjadi penyebabnya. Rata – rata motor yg lain menggunakan ban dgn merek “Double Coin” n pasti tidak berdaya menghadapi medan ini. Dengan Ban “Kenda” yg membungkus ban – ban motor Teguh, nampaknya cukup memuaskan dlm mengatasi hambatan ini. Memang dari segi fisik “Kenda” lebih “gondrong”, kokoh dan karet nya pun tidak lunak tetapi sedikit lebih keras dibanding dengan “DC”, harga memang menjadi jawaban, klo mo tau harganya saja lebih dari dua kali lipatnya “DC”.
Bersambung ahhh panjang teuing caritana pokona mah pasti moal2 deui jalur Ciweh Cape....